iklan tiec

 photo ec_zpsf0cetkly.gif

Sabtu, 23 Februari 2019

STIK TM SIAP LEPAS 145 MAHASISWA KE KABUPATEN WAJO


Makassar, LPM Violet-  Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar akan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan Plus (KKLP) di Kabupaten Wajo. Sabtu (23/02/2019).

KKLP yang berlangsung satu bulan ini (25 Februari 2019 -25 Maret 2019) akan diikuti 145 peserta dari mahasiswa reguler dan non reguler dengan budget  Rp. 1.100.000 per mahasiswa.

Dr. Muhammad Rifai, M. Pd. selaku ketua panitia mengatakan bahwa mahasiswa yang akan mengikuti KKLP ini akan ditempatkan di Kabupaten Wajo Kecamatan Majauleng yang disebar di sepuluh desa. Ia pun mengungkapkan bahwa syarat untuk dapat memprogram KKLP yaitu ketika semua mata kuliah telah terselesikan.

Sementara itu, Korcam (Koordinator Kecamatan) yang terpilih secara demokratis, dalam hal ini Alan Dwi Kusuma mengungkapkan persiapannya untuk mengikuti KKLP ini telah dilakukan dari jauh hari, terutama mental, fisik dan kesehatan

"Karena nantinya akan dihadapkan dengan berbagai dinamika dan persoalan dalam masyarakat", ujarnya. 

Alan juga menambahkan bahwa persiapan yang tak kalah penting yaitu sikap dan perilaku, agar nantinya dapat memberikan kesan yang baik untuk masayarakat. Ia juga berharap kerjasama antara mahasiswa baik regular maupun non regular tetap rejaga selama di lapangan. (RSM/NAP/SWY)

Jumat, 22 Februari 2019

PENGUKUHAN ANGGOTA BARU LPM VIOLET KE 18




Makassar, LPM Violet- Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Violet Sekolah  Tinggi  Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar melakukan Pengukuhan Anggota Baru ke 18 di Ruang 203 STIK TM pada Jumat, 22 Februari 2019.


Pengukuhan dengan tema "Meningkatkan Profesionalitas untuk Violet yang Lebih Berkualitas" ini dihadiri oleh Ketua Maperwa, Formatur Presiden BEM, perwakilan UKM dan HMJ, serta Senior LPM Violet.

Ketua Panitia, Sri Wahyuni mengatakan sempat ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini  namun, berkat kerjasama dan semangat dari panitia, masalah tersebut bisa diatasi

"Alhamdulillah atas kerjasama dan semangat dari teman-teman  panitia masalah itu bisa tertutupi dan kegiatan dapat berjalan dengan lancar sampai selesai", ungkapnya.

Sementara itu, Akmel Kemal selaku Pimpinan Umum LPM Violet mengatakan bahwa anggota baru yang dikukuhkan berjumlah 22 orang, namun yang sempat hadir pada hari ini hanya 19 anggota. Selain itu, Kemal juga  mengemukakan harapannya

"Semoga anggota baru bisa lebih meningkatkan rasa profesionalitasnya dan rasa solidaritas untuk violet kedepannya bisa lebih berkualiatas ditangan mereka", ujarnya. 

DEMOKRASI INDONESIA, KENYATAAN MASA KINI DAN MENATA MASA DEPAN


Proses demokrasi yang seharusnya menjadi awal untuk melakukan perubahan, melepaskan diri dari kemelaratan menjadi utopis. Ide demokrasi sebagai solusi yang emansipatif untuk menjawab persoalan akibat kegagalan sistem aristokrasi, teokrasi dan feodalisme yang pernah digunakan di masalalu ternyata menimbulkan skeptisisme baru akibat praktik demokrasi yang tidak sehat sampai hari ini, skeptisisme inilah yang memudahkan Sistem teologi kembali di gaungkan "meski terbukti gagal dalam catatan sejarah" oleh kelompok ekstrimis sehingga mendapatkan ruang kepercayaan karna kegagalan demokrasi yang tidak pernah merubah keadaan ketimpangan.

Kegagalan ini tentu bukan karna demokrasinya, melainkan Elite politik sebagai agen yang punya power dan partai politik sebagai salah satu struktur sosial belum bisa move on dari watak individualisme dan feodalismenya untuk mereformasi kearah demokrasi yang ideal. Agen dan sistem model inilah yang melahirkan figur apolitis yang hanya sekedar mengandalkan kekuatan modal, yang pada akhirnya tampil menjadi figur yang berorientasi akumulasi kapital untuk kepentingan kolega dan keluarga. Bila ini terus terjadi maka penting membaca kembali Plato dalam kritiknya terhadap Demokrasi dalam beberapa hal, Filsuf klasik tersohor itu menganggap bahwa dalam demokrasi, masyarakat terpolarisasi antara yang kaya dan miskin, yang kuat dan lemah, cerdas dan yang terbelakang. Polarisasi itu dalam kompetisi demokrasi akan selalu di menangkan oleh yang kaya, kuat dan cerdas dan yang miskin, lemah dan terbelakang akan terus mengalami kekalahan.

Selain Plato, Jason Brennan seorang pengajar ilmu politik di Universitas Georgetown, Amerika Serikat, mempersalahkan demokrasi atas meningkatnya rasisme, kebencian dan naiknya figur-figur inkompeten menjadi pemimpin. Brennan menganggap masyarakat politik dalam penyebutannya "Warga demokratis" (Democratic Cityzens) tidak akan pernah setara. Selalu ada beragam kelompok yang ada dalam masyarakat. Brennan melihatnya ada tiga, Pertama orang-orang yang apatis, apolitis, serta ignorant dalam urusan politik. Ia menyebut mereka sebagai Hobit. Kedua adalah orang-orang yang antusias terhadap politik, mereka punya informasi tentang politisi dan partai politik yang mereka dukung dan tidak di dukung, mereka yang ikut kampanye dan menyebarkan atribut partai. Kelompok ini cenderung fanatik terhadap pilihan politiknya dan cenderung antipati pada kelompok lain, Brennan sebut kelompok ini sebagai Holigan. Ketiga kelompok yang rasional, cerdas dan mengambil keputusan berlandasan ilmiah. Mereka memilih calon pemimpin berdasarkan pertimbangan rasional, melihat kebijakan mana yang masuk akal dan mana yang tidak, mana yang betul-betul merakyat dan mana yang memperalat rakyat. Brennan menyebutnya sebagai kelompok Vulcan.

Dibanyak negara termasuk Indonesia, demokrasi selalu di ramaikan dengan kelompok Hobit dan Holigan, hanya sedikit saja yang berkarakter Vulcan padahal kualitas demokrasi di tentukan oleh kelompok yang kecil ini. Brennan menyebut bahwa fragmentasi dalam warga demokratis ini sebagai catat lain dari kenyataan demokrasi kita. Namun tanpa menolak penuh demokrasi, kita kembali mengingat Abraham Lincoln dalam pemahamannya tentang demokrasi. Lincoln menyebutkan bahwa Demokrasi adalah sistem politik dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dari sini kemudian kita menemukan makna sesungguhnya dalam negara demokrasi, bahwa demokrasi adalah sistem dimana rakyat berdaulat penuh atas ekonomi, sosial dan politik melalui Instrumen negara dan pemerintahan.

Mengingat Demokrasi kita yang jauh dari ide Abraham Lincoln, harus perlu ada reformasi birokrasi terutama dalam penyusunan regulasi dan konsensus kebijakan, begitupun juga harus ada reformasi partai politik untuk kembali pada konstitusi demokrasi yang sesungguhnya. Permasalahan di atas pada dasarnya berawal dari partai politik yang dalam mekanisme penentuan calon kandidat/pemimpin tidak melibatkan masyarakat sebagai penentu figur yang di calonkan. Dari sinilah maka kenyataan demokrasi kita tetap saja hanyalah "pseudo-demokrasi", dan kita tidak akan pernah memilih pemimpin yang ideal, melainkan memilih untuk menghindari pemimpin terburuk. Penentuan kandidat yang sepenuhnya oleh partai politik inilah yang menyebabkan salah satu diantaranya yaitu oligarki ekonomi dan politik akan terus menguat dan langgeng, dikarenakan belas kasih pemimpin terhadap partai yang harus di bayar. Yang lainnya ialah naiknya figur-figur inkompeten, apolitis dan pebisnis yang justru merusak hakikat demokrasi dalam struktur pemerintahan. Menyebabkan banyaknya produk hukum dan kebijakan yang tidak tepat sasaran, pro korporasi dan kontra produktif untuk kepentingan masyarakat.

Penulis : Abu Kapota (Presidium Forum Mahasiswa Kota Makassar "For MAKAR")