iklan tiec

 photo ec_zpsf0cetkly.gif

Sabtu, 07 Februari 2015

PBL 1 karut marut

 Makassar, Violet- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar (STIK TM) kembali mengadakan pertemuan untuk membahas Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 1. Pertemuan ini diadakan diruangan kelas 104 dan dihadiri oleh pimpinan STIK TM, Pembantu Ketua 3 (Puket 3), ketua Lembaga Pengembangan Penelitian, Pendidikan, dan Masyarakat (LP3M), presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) , dan ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa), dosen pembimbing dan peserta PBL 1. Keputusan pada pertemuan ini adalah pelaksanaan PBL 1 akan dilaksanakan pada tanggal 12 februari 2015 di kabupaten maros, kecamatan bontoa selama Sembilan hari yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 2 februari selama dua minggu. Alasannya bahwa persuratan hanya diizinkan dari tanggal 12- 20 februari oleh pemerintah kabupaten maros karena masih ada yang akan melaksanakan praktek dari kampus lain di daerah tersebut.
Hasil pertemuan ini juga disampaikan bahwa peserta PBL diharuskan untuk mengeluarkan lagi biaya setibanya di rumah warga yang akan mereka tempati sebesar Rp. 25.000/orang dalam sehari, biaya tersebut sudah termasuk uang makan dari pagi sampai malam. Hal ini disampaikan oleh Drs. Lasanada, M.M. selaku pimpinan STIK TM. Beliau menyampaikan hal tersebut berdasarkan permintaan dari kepala camat bontoa. Tetapi tidak sedikit peserta PBL yang meresahkan permintaan tersebut karena kondisi keuangan mereka tidak semua sama, juga mereka sudah membayar biaya PBL sebesar Rp. 450.000 dan pihak kampus tidak pernah menyampaikan rincian dana tersebut setiap diminta untuk merincinkan dana yang sudah dibayar.
Saat ditanyakan mengenai pendapatnya kepada Mahasiswi yang merupakan salah satu peserta PBL 1 bernama Destriana patabang menurutnya pembahasan kali ini kurang memuaskan yang dimana rincian anggaran tidak disampaikan langsung dan ada lagi biaya tambahan. Kata pimpinan estimasi anggaran akan ditunjukkan kepada presiden BEM atau ketua Maperwa. Banyak teman – teman mahasiswa yang tidak setuju karena terlalu banyak biaya yang dikeluarkan. Waktu pelaksanaannya juga terlalu singkat dan tidak bisa diukur lama atau tidaknya pendataan sehingga bisa menghambat pengumpulan laporan. “ya apa boleh buat karena memang permintaan pak camat disana. tetapi yang penting mereka menjamin kita diterima dan mendata dengan baik disana”, tambahnya lagi. Jum’at (6/2)
Keterangan yang sedikit berbeda diungkapkan oleh peserta PBL lain, dia tidak mempermasalahkan biaya tetapi waktu yang menjadi masalah saat ini karena untuk pendataan dan membuat laporan waktu yang diberikan sangat singkat. Saat ditanyai alasannya tidak mempermasalahkan dana, katanya “menurut saya percuma mengeluhkan dana, toh dana tersebut tidak akan diturunkan, tetap akan segitu, jadi buat apa kita mengeluh?”. Tutur yuni. Jum’at (6/2) malam. (NH)