Makassar, Violet- Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Tamalatea Makassar (STIK TM) kembali mengadakan pertemuan untuk
membahas Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 1. Pertemuan ini diadakan diruangan
kelas 104 dan dihadiri oleh pimpinan STIK TM, Pembantu Ketua 3 (Puket 3), ketua
Lembaga Pengembangan Penelitian, Pendidikan, dan
Masyarakat (LP3M), presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) , dan ketua
Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa), dosen pembimbing dan peserta PBL
1. Keputusan pada pertemuan ini adalah pelaksanaan PBL 1 akan dilaksanakan pada
tanggal 12 februari 2015 di kabupaten maros, kecamatan bontoa selama Sembilan hari
yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 2 februari selama dua minggu. Alasannya
bahwa persuratan hanya diizinkan dari tanggal 12- 20 februari oleh pemerintah
kabupaten maros karena masih ada yang akan melaksanakan praktek dari kampus
lain di daerah tersebut.
Hasil pertemuan ini juga disampaikan bahwa peserta PBL diharuskan
untuk mengeluarkan lagi biaya setibanya di rumah warga yang akan mereka tempati
sebesar Rp. 25.000/orang dalam sehari, biaya tersebut sudah termasuk uang makan
dari pagi sampai malam. Hal ini disampaikan oleh Drs. Lasanada, M.M. selaku
pimpinan STIK TM. Beliau menyampaikan hal tersebut berdasarkan permintaan dari
kepala camat bontoa. Tetapi tidak sedikit peserta PBL yang meresahkan
permintaan tersebut karena kondisi keuangan mereka tidak semua sama, juga mereka
sudah membayar biaya PBL sebesar Rp. 450.000 dan pihak kampus tidak pernah
menyampaikan rincian dana tersebut setiap diminta untuk merincinkan dana yang
sudah dibayar.
Saat
ditanyakan mengenai pendapatnya kepada Mahasiswi yang merupakan salah satu
peserta PBL 1 bernama Destriana patabang menurutnya pembahasan kali ini kurang
memuaskan yang dimana rincian anggaran tidak disampaikan langsung dan ada lagi
biaya tambahan. Kata pimpinan estimasi anggaran akan ditunjukkan kepada presiden
BEM atau ketua Maperwa. Banyak teman – teman mahasiswa yang tidak setuju karena
terlalu banyak biaya yang dikeluarkan. Waktu pelaksanaannya juga terlalu
singkat dan tidak bisa diukur lama atau tidaknya pendataan sehingga bisa
menghambat pengumpulan laporan. “ya apa boleh buat karena memang permintaan pak
camat disana. tetapi yang penting mereka menjamin kita diterima dan mendata
dengan baik disana”, tambahnya lagi. Jum’at (6/2)
Keterangan
yang sedikit berbeda diungkapkan oleh peserta PBL lain, dia tidak
mempermasalahkan biaya tetapi waktu yang menjadi masalah saat ini karena untuk
pendataan dan membuat laporan waktu yang diberikan sangat singkat. Saat ditanyai
alasannya tidak mempermasalahkan dana, katanya “menurut saya percuma mengeluhkan
dana, toh dana tersebut tidak akan diturunkan, tetap akan segitu, jadi buat apa
kita mengeluh?”. Tutur yuni. Jum’at (6/2) malam. (NH)